Archive for Desember 2012

Kebiadaban Sebuah Keikhlasan

Apa yang aku fikirkan dari cinta mungkin belum tentu akan aku dapatkan. Apalagi yang aku impikan, barang pasti tak akan kuterima apabila terlalu tinggi aku berangan.

Cinta itu kejam.
Kau rasakan ketika pedang runcing dan mengkilap menusuk jantungmu, mengoyak setiap jaringan yang dilaluinya, memaksa masuk ketempat yang tak semestinya ia singgahi. Itu tak seberapa, dibandingkan kau harus merasakan cinta. Kelu rasanya. Tak terbayang betapa dahsyatnya peluru itu menerobos hati dan menghancurkan semuanya. Tak cukup kupaparkan bagaimana gilanya kau saat merasakan itu.

Cinta tak ada bedanya dengan sandiwara.
Sandiwara yang sebenarnya kita ketahui dan sadari, namun masih tetap kita jalani. Itulah bodohnya kita. Tak cukup satu trauma berbekas erat dan menempel dalam indera perasa Lebih dari itu. Hanya malaikat pencabut nyawa yang dapat menghentikan kebodohan itu.

Cinta menuntut keikhlasan.
Ini yang tak pernah kuinginkan. Tak pernah kurelakan, ikhlas hadir dengan biadab memperdayai diriku. Aku paling tak kuasa jika bertemu dengan kebiadaban sebuah keikhlasan.
- Dapatkah kau ikhlaskan dia mencintai orang lain?
- Bisakah kau tahan amarahmu melihatnya dengan yang baru?
- Sanggupkah kau mendengarkannya membanggakan orang lain didepan matamu?
- Tahankah kau saat melihatnya menggandeng orang lain yang baru dicintainya
- Masih berartikah dirimu saat keningnya dikecup oleh kekasihnya itu?
- masih bisakah kau hidup setelah tahu semua itu?
- Kau ikhlas?
- Kenapa? Itu semua bukan hak mu lagi.
- Apalagi yang kau harapkan? Kau matipun tak akan difikirkan lagi.

Begitu kejamkah cinta itu?
Penerapan sebuah orientasi yang salah dalam hidup tentang cinta. Jika aku mengkaji semua itu, cinta memang lebih kejam dari tertancap pedang tadi. Hari ini aku menikmati indahnya cinta. Itu salah. Aku hanya berada didalam pengaruh kepalsuan sebuah permainan. Siapa yang menjamin apa yang kunikmati hari ini akan kunikmati esok hari. Mungkin hampir pasti, besok yang akan terjadi adalah aku menjadi korban kebiadaban sebuah keikhlasan, lagi.

Penikmat cinta tak akan pernah mengerti betapa hinanya menjadi korban kebiadaban sebuah keikhlasan. Jelas, cinta yang sudah merasuki apa yang ada didalam otak mereka. Persetan. Matilah kalian. Cinta sedang mengasa pedang untuk menusuk kalian. Tinggal tunggu waktunya saja, boi.

ketika saat ini aku harus mengalah pada keadaan, pasrah dengan jarum jam yang seakan tak mau tahu deritaku saat ini. Merelakan air mengalir sejauh mata memandang. Makin jauh, lagi. Andai saja bisa kutitipkan semua kenanganku pada air itu, mungkin kini telah jauh dan tak akan terbesit lagi untuk ku ingat.

Untuk hal yang satu ini, jujur saja aku benci keikhlasan. Aku benci setiap perkataanmu tentangnya. Aku membenci keadaan yang tak memihakku, lagi. Aku kutuk semua waktu yang kau beri untuknya. Aku benci melihat tawamu untuknya. Bangsat. Jahanam keikhlasan cinta.

Dengarkah engkau, boi. Kau orang yang aku cintai, yang kini harus kuikhlaskan. Itu tak semudah mengikhlaskan anak anjing yang mati terlindas truk pengangkut tuak. Tak seenak mulutmu bilang cinta padanya. Tak sebodoh cintaku yang tak terterkah olehmu. Begitu mudahnya kau tanggalkan setiap kenangan yang tak dapat lagi kulukiskan semuanya. Permainan sudah ada pada puncak konflik. Sekarang tak ku mengerti lagi hatimu, tak kutahui lagi dirimu. Semuanya sudah terampas oleh pencuri biadab itu.

Pergilah kehati mana yang kau suka. Bahagialah ditempat persinggahan yang kau sebut terindah itu. Mainkan kembali apa yang akan menjadi permainan dan sandiwara cinta. Selamat bermain dengan cinta. Selamat menikmati bekas diriku. Dan selamat menanti Kebiadaban Sebuah Keikhlasan.

Posted in | 2 Comments
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.