Archive for Mei 2014

Aku Bukan GIE

Ternyata aku memang harus sadarbahwa aku sudah kalah. Kalah oleh takdir yang bertahun ini coba untukku lawan.Segala daya dan upaya yang coba ku kerahkan, namun itu bukan apa-apa,dibanding pertahanan takdir yang melapisi setiap ironi perjuanganku dan perjalananku.

Aku tahu, kamu tahu,dan mungkin semua pun tahu bagaimana aku bisa bertahan dari waktu. Sendiri melawan arus dan takdir.Sesimpel apa itu impianku. Semua terpatahkan oleh mereka yang mengharamkan semua niat halalku.

Dalam perjalanan ini,banyak sekali yang harusaku lawan,mulai dari mereka yang bertindak munafik yang siap menerkamkusewaktu-waktu. Aku juga harus melawan kelicikan oknum yang takpernah ikhlas melihatku menang untuk sementara.Satu lagi,aku juga harus berjuang menghancurkan ke-sok-tahuan dunia. Semua menjengkelkan, dan tidak adil karena aku hanya berdiri sendiri.

Ntah apakah ini ujung dari keputus-asa-anku, atau kejenuhanku yang mulai mekar dan memenuhi isi rongga perasa ini. Tapi satu yang pasti, aku sudah benar-benar tidak sanggup dan mungkin ini akhir dari perjuangan yang aku rangkai dan buat sendiri.

Soe Hok Gie memang selalu berkoar-koar " Aku tidak mau menjadi pohon bambu,aku mau menjadi pohon oak yang mampu melawan angin". Dan aku rasa,pohon oak-ku pun sudah ditebas oleh kecurangan dunia. Aku berusaha berdiri menjadi pohon oak-nya Gie, namun dunia bertindak lebih kejam dari itu.

Aku tahu dan mengerti, seorang idealis keras seperti Gie atau Tan Malaka, haram bagi mereka mengenal kata menyerah. Aku pun berusaha menanamkan doktrin semacam itu, tapi sama saja aku mencekik leher sendiri dan menyayat nadi ini. Semua akan terlihat percuma. Aku hanya berusaha melawan arusku, mencoba membunuh penghalang takdir indahku, dan merangkai skenario dahsyatku untuk aku dan impianku.

Terkadang idealisme dan ke-egoisan sulit dibedakan. Tapi dikala aku sudah mengibarkan bendera putih ini, masihkah dunia menyebut itu ke-egoisan? Tolonglah jangan bertindak seperti partai-partai nakal yang hanya merasa hebat karena kekuasaan, dan menjerit pilu apabila di-injak-injak. Manusia sekarang memang terlihat sulit mendeskripsikan atau menganalogikan jengkal kehidupan masing-masing.

Aku menyerah memang karena aku kalah.Aku kalah hebat, kalah berisi, dan kalah karena aku terlalu jujur (mungkin). Aku takluk karena memaksakan idealisme yang ditanamkan Gie didalam otakku. Tapi itulah, aku bukan Gie yang tak pernah takut dengan dunia. Aku mengibarkan bendera putih pun dengan ketulusan.

Aku teramat mencintaimu, tapi mana cintamu? Sudahlah, lupakan. Semua telah kukubur dalam ketulusanku dan akan mati dalam sumpahku untuk menjagamu lewat semua doa dalam solatku.

Posted in | Leave a comment
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.