Pertumbuhan Hidupku

"Manusia akan mengalami perubahan, layaknya tunas yang akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah." Mungkin ungkapan itu pula yang berlaku pada diri saya. Pepatah tersebut khusus menyindir saya, atau yang membuat pepatah itu sendiri adalah nenek moyang saya. Perubahan mutlak terjadi pada diri saya. Khususnya Fisik. Tapi, itu kata orang. Saya menyadari kalo fisik seseorang itu akan mengalami perubahan.

Namun, jujur saya tidak pernah dan sampai saat ini pun belum menyadari perubahan itu. Ketika saya berkaca, saya tidak melihat apapun yang berubah pada diri saya. Mungkin hanya ada beberapa jerawat yang tumbuh, atau wajah saya yang sedikit mengganteng. Itu bukan kata orang. Mereka bilang? hhu...

Kejadian nya mulai masuk SMA. Seorang siswa yang berkulit sawo matang, rambut mowhak, dengan perawakan sedikit ganteng, iya itu saya. Memiliki berat badan tak lebih dari 45kg pada saat itu. Tapi na'as, makin lama, badan ini malah semakin berat. Berat dosa? bukan!. Semakin lama, kejanggalan itu semakin terasa, beberapa teman mulai kepo buat bertanya. " kok kamu agak gemukan?". Dengan berat hati saya menjawab: " bukan gemuk, hanya saja berat badan saya yang bertambah."

Waktu dengan ganas nya berjalan, dan kejanggalan lainnya mulai terlihat ketika Celana abu-abu SMA yang biasa saya kenakan tidak pas lagi dengan ukuran pinggang. What happen about as?. Terpaksa saya membeli celana dengan ukuran yang lebih besar.

Teman-teman semakin semangat mengejekku gemuk. Ya apa mau dikata, mereka tidak tahu. Sudah dibilang berat badanku saja yang bertambah, bukan berarti gemuk. Mungkin teman-teman hanya ingin menghiburku saja. Kalian memang teman yang baik.

Kejanggalan selanjutnya adalah ketika saya solat. Solat jadi kurang khusyuk saat sujud dan ingin beranjak ke tasyahud akhir. Saat itu, badan sudah mulai terasa berat. Mulai ada lipatan-lipatan di perut yang mengganggu. Dan gerak sudah sangat terbatas.

Selanjutnya, saya juga harus merelakan baju-baju saya untuk disimpan dulu. Karena sekarang sudah tidak muat lagi dengan ukuran badan saya. Pengalaman ini sungguh miris.

Ketika memasuki bulan puasa, saya sudah sumringah. " Horeeeee aku bisa diet!!!". Benar saja, awal-awal bulan puasa berat badan saya bisa turun hingga 3kg. Itu sudah prestasi buat saya. Eh pas lebaran, berat badan saya naik 5kg. Ya percuma dong kemarin turun, kenapa gak langsung naik aja sih :( ? menyakitkan!.

Tapi, amit-amit jangan sampe badan ini melar terus. Bahaya. Saya bisa minder, terus tidak keluar kamar satu bulan. Saya ingin diet. Hari pertama lancar, hari kedua aman, pas hari ketiga ibu masakan kesukaan, eeh naik lagi berat badan.

Sumpah deh, selama SMA ini, belum pernah satu kalipun saya ngukur berat badan. Asli takut. Lebih menakutkan dari pada saat masuk kerumah yang penuh dengan zombie nya. Takut tiba-tiba hasilnya mengejutkan dan membuat saya depresi lantas gila.

Di sekolah, kalo ketemu guru kelas 1 SMA. Semua pada heran liat perubahan fisik saya ini. Lihat seorang Rio Hardianto yang dulu nya kurus, kok sekarang?
Jawaban dari pertanyaan "Rio kok sekarang gemuk?" dari beberapa guru :
Guru Kimia : Banyak makan yang mengandung bahan kimia buk,."

Guru B.Arab : Ini gara-gara kebanyakan hapalan bu. Saya suka laper habis ngapal, dan makan sebanyak'nya.

Guru Matematika : *bawa timbangan* ukur sendiri dong pak! jangan kepo nanya-nanya"

Tapi sampai sekarang pun, saya tidak pernah merasa kalau saya gemuk. Mungkin inilah yang dinamakan pertumbuhan. Meski menyakitkan, namun harus saya syukuri. Jadi, cukup tahu saya dan kalian, dan jangan tanyakan berat badan saya lagi.

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.