Cerpen : Hantu Didalam Gelas

Di klab malam itu, malam sudah semakin larut, dentuman musik pun perlahan makin mengecil, seiring dengan makin berkurangnya customer yang beberapa jam yang lalu cukup memenuhi klab malam ini. Mataku sekarang hanya tinggal 5watt. Ibaratkan seorang pasien yang sekarat dan tinggal menunggu detik kematian nya saja, mataku pun begitu, tinggal menunggu detik ia terpejam. Namun badanku seakan tak mengizinkan aku untuk beranjak dari tempat yang sudah mulai membuat aku muak ini. Namun, lebih muak lagi, apabila aku harus pulang ke dalam penjaraku. Sebuah kurungan, yang tak lebih dari sebuah kandang sapi. Mungkin lebih parah dari itu. Jika aku membayangkan bagaimana itu tempat yang mereka sebut "Rumah", namun tak kudapatkan kesan nyaman sedikitpun disana.

Ketika pagi-pagi betul aku sudah pergi dari tempat itu dan aku baru akan pulang ketika Magrib akan menjelang. Terkadang aku tidur dirumah siapa saja yang sudi memberikan aku tumpangan untuk beberapa jam kedepan.

* * *

Sekarang waktu dijam tanganku sudah menunjukkan pukul 03.13. Waktu dimana seharusnya klab ini tutup. Sudah hampir setiap hari, dimana saat-saat kejenuhan menghampiri ku, aku berada ditempat ini, hanya sekedar untuk me-refresh segala isi yang ada diotak ku. Setidaknya, untuk satu minggu ini otak ku sudah terisi penuh oleh amarah. Sekarang, pengunjung diKlab malam ini hanya tinggal dua. Ditambah dengan dua orang pelayan yang mungki sudah bosan melihat wajah kusut ku sejak tadi.

Tak jauh dari pandanganku, ada seorang wanita yang tampaknya bernasib sama denganku. Wajahnya kusut seperti rumput yang terlalu sering diinjak-injak. Sebenarnya aku ingin mendekatinya, namun sudah kukatakan tadi, kalau badanku ini sudah tak mengizinkan aku untuk beranjak dari sini.

Aku memperhatikannya, aku terkesan melihat penampilannya. Rambut terurai sebahu, padahal jika rambutnya dikuncir saja, aku bisa melihat pemandangan lainnya disana. Apa yang bisa kutahan, saat melihat wanita dengan menggunakan rok satu jengkal dari pinggang. Tentunya aku berfikir dua kali untuk mempertahankan imanku.

* * *

. "Mas.. mas.. tempat ini udah mau ditutup." Tegur seorang pelayan laki-laki yang mencoba mengusir saya dengan nada halus.

. "Tapi, bagaimana dengan wanita disana? kenapa tak kau suruh juga dia untuk pergi?" Jawabku dengan nada tinggi.

. "Wanita yang mana mas?. Disini hanya ada mas sendiri, kami para pelayan hanya menunggu mas pulang sekrang."

Oh no!
apakah ini yang namanya mabuk? selama aku kesini, aku tak pernah mabuk,! apa karena alkohol blue whilskey yang kuminum dari tadi ini yang terlalu besar. Sehingga tingkat halusinasi ku meledak?

. "Eh pelayan tolol! Apa kamu benar tak melihat wanita cantik disana?."

. "Disini, wanita nya hanya tinggal pelayan yang ada di dapur sana mas. Itupun dia sudah bersiap-siap akan pulang." Jawabnya, mencoba meyakinkan ku.

Ahh!! fikiran ku semakin mengada-ngada, aku melayang kedalam sebuah fatamorgana yang aneh. Dengan spontan, ku hentakan gelas besar yang isisnya tinggal satu perempat minuman lagi itu dengan keras. Tak heran, hal itu membuat pelayan tolol tadi pergi dan meninggalkanku. Mungkin dia berfikir kalau aku telah menjadi anjing gila karena bir ini.

Beberapa detik kemudian, aku menolehkan wajahku pada wanita cantik tadi duduk. Aku terkejut dan tak bisa berbicara lagi, dia tak ada lagi disana. Padahal kurang dari 5 detik yang lalu, mataku masih indah memandanginya. Apa dia bisa menghilang? atau ini yang nama nya hantu?

Apa ini pengaruh blue whilskey yang sudah kuminum hingga gelas ke-13 yang aku hentakkan ke tanah tadi. Aku semakin gila malam ini, aku semakin tak karuan. Niat ku untuk menenangkan fikiran disini malah membuat ku kalang kabut tak tertahankan.

* * *

Aku makin gila, ketika mobil yang aku kendarai hampir saja menabrak 2 orang pejalan kaki, dan itulah puncak kegilaan halusinasiku malam ini. Kalau saja tadi mereka berhasil mencium roda mobilku, dapat dipastikan, aku akan habis dipukul dan ditelanjangi satpam yang jaraknya tak jauh dari tempat ini.

Untunglah aku kembali. Kembali menginjakkan kaki ku dipenjara ini. Dan saat itu juga aku mengganti sebutan penjara menjadi istana. Karena mulai pagi esok, aku tak akan lagi lama-lama pergi dari istana yang harus mulai kucintai ini, apalagi mengunjungi tempat berhantu macam semalam. Sungguh tak ingin aku kesana lagi.

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.