Penyakit Gila Nomor Sembilan Puluh Sembilan

Saat ini bathin ku mulai tersiksa. Terkulai lemas merindukan salah satu bintang diantara berjuta bintang di kesunyian malam. Aku mengerti bintang itu tak pernah lagi melihatku. Enggan. Itu katanya. Bintang itu semakin jauh, jauh, dan lebih jauh lagi.

Nyaris Menghilang.
Seperti itu pula nyawaku sudah kuperkirakan lebih dari remuk, terpaku, dan hening. Tak bisa kutepikan rasa ini. Rasa nyata, namun semu. Mungkin sekarang aku sudah terkena penyakit gila nomor sembilan puluh sembilan : tak tahu apa arti nyata dan semu.

Rasa ini nyata, senyata dulu, saat semua disini. Saat bintang masih dipangkuanku, masih mesra bersandar dipundakku. Itu nyata. Namun, tak pernah adanya ucapan, perkataan, hingga aksi dan reaksi, yang semakin meyakinkan ku, kalau rasa ini juga semu.

Cukup menderita saat ini aku dibuat oleh perasaan ku sendiri. Detak demi detak jarum jam pun menertawakanku. Aku tahu apa yang mereka inginkan :
"Pergilah kau, buang jauh semua rasa itu."
Beratus kalimat seperti itu menghujam jantung ini, per detiknya. Mati, aku.

Aku, Tetaplah aku.
Aku seorang anak manusia yang keras. Yakin dengan apa yang akan menjadi jalanku. Meski itu derita, tak apalah. Demi sinar semu yang menyinari. Menyinari tempat lain.

Detik ini,
Keletihanku makin menggila. Gila. Gila. Gila. Murka ku pun sudah diambang batas. Aku lelaki! kenapa aku bodoh seperti ini.

Aku Suram.
Aku bodoh.
Aku hilang.
Oke, aku menghilang.
Insyaallah.

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.