Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia

Indonesia, adalah negara kaya raya yang menjadi primadona bangsa asing untuk menanamkan tunas-tunas kekayaan yang kemudian dapat mereka nikmati hingga berpuluh generasi selanjutnya. Terbentang luas dari Sabang sampai Merauke, dari ujung Pulau We hingga akhir Papua yang tidak kurang Dua juta meter persegi.

Banyak orang yang berkata bahwa Ujian yang diberikan Tuhan kepada negeri Indonesia-ku tercinta ini memanglah sangat tak ada habisnya. Mulai dari kemiskinan, tindak kriminal pejabat hingga rakyat biasa, hingga yang paling nyata dampaknya adalah bencana alam. Tapi, kalau memang kita adalah manusia tempat nya berfikir, atau sebagai bukti bahwa kita adalah agen-agen perubahan, sesuai dengan ucapan terkenal filsuf Yunani, Cogito Ergo Sum (Saya berpikir, karena itu saya ada). Maka hal-hal demikian yang Indonesia hadapi, tidak semuanya memiliki campur tangan Tuhan secara nyata.

Saya tertarik mengkorelasikan antara bencana asap yang belakangan ini terjadi di beberapa daerah yang ada di Indonesia, khususnya yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan hak asasi manusia.

Paling awal saya harus meluruskan tentang banyak yang ketimpangan opini didalam masyarakat mengenai bencana asap. Menurut bahasa, kata bencana diartikan sebagai peristiwa arau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh, baik faktor alam dan atau faktor nonalam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampaknya dirasakan oleh banyak orang.

Dari kata bencana tersebut, tentunya sangat kuat kaitannya dengan Hak asasi manusia, kelestarian lingkungan hidup yang oleh bencana asap ini terjadi, telah merusak tatanan hak asasi manusia yang tersistematis di berbagai negara, termasuk Indonesia yang telah meratifikasinya dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Miris sekali beberapa bulan terakhir ini bencana kabut asap yang oleh sebagian dari ulah oknum-okum nakal melakukan pembakaran lahan, sisa-sisa tumbuhan di ladang gambut, atau padang rumput yang dibabat habis dengan api yang mereka gunakan sebagai peraup rupiah.

Didalam konstitusi negara Republik Indonesia, yang banyak ahli menyebutnya dengan nuansa Green Constitution, pasal 28H ayat (1) berbunyi: “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Maka apabila bencana asap ini tetap berlangsung dalam waktu yang lebih lama lagi, jelaslah Konstitusi yang merupakan Dasar Hukum tertinggi di Republik Indonesia telah ikut ternodai, semangat Pancasila bisa saja kembali luntur akibat timpang tindih pendapat dan saling sikut oleh pejabat akibat bencana asap ini. Belum lagi masyarakat yang sukar mencari fakta dan hanya memuntahkan lahar makian terhadap pemerintah. Inilah yang menjadi potensi bencana diatas bencana.

Saya kira hal demikian memang bukan soal pemerintah lagi, namun karena faktor kedewasaan dan tak ada prinsip saling menghargai antar sesama umat manusia yang memiliki hak masing-masing. Pembakaran hutan oleh perusahaan-perusahaan yang amat sangat merugikan dan merampas hak orang lain. Inilah yang saya kira perlu nya memanusiakan HAM dalam diri orang-orang hebat disana. Mereka hebat, karena sudah punya segalanya berupa materi dan kekuasaan, namun secara moral saya kira mereka cacat.

Saya yakin kalau pembuat kebakaran hutan di berbagai wilayah Indonesia ini adalah orang-orang baik. Baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, dan baik untuk kepentingannya. Selebihnya, saya meragukan nilai Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan mereka di bangku sekolah dasar. Mungkin mereka perlu pembelajaran ulang, bahwa Indonesia terbentang luas dan dihuni oleh dua ratus lima puluh juta lebih makhluk yang disebut manusia, satu jenis dengan mereka.

Bencana asap timbul karena pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkontrol. Celakanya lagi pembakaran ini massif dilakukan oleh perusahaan disekitar lahan pembakaran dengan cara sengaja ataupun tidak. Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) pelaku pembakaran lahan yang berdampak merusak lingkungan hidup akan dihukum penjara dan dengan denda. Namun, kembali lagi, UU PPLH hadir dengan campur tangan politik, dengan kendaraan Legislatif sebagai law maker-nya, yang membuat penegakan substansi hukum didalam UU PPLH senyatanya tidak efektif.

Sebenarnya negara telah aktif turun tangan terhadap perlindungan lingkungan hidup melalui beberapa butir Pasal di UUD NRI 1945 dan diperjelas oleh peraturan perundang-undangan dibawahnya, lalu di implementasikan oleh pemerintah dengan berbagai daya upaya, baik secara normatif maupun turun langsung ke lapangan. Lebih dari itu, ada hal yang sangat dibutuhkan oleh negara saat ini, yaitu bersatu untuk mengimplementasikan sila ketiga, bahwa Indonesia harus bersatu, segala elemen atau bidang sesuatu yang ada di Indonesia benar-benar harus bersatu untuk menyelesaikan masalah ini. Saling menghargai antar sesama, bahwa setiap dari manusia Indonesia memiliki hak masing-masing, termasuk hak untuk mendapatkan kesehatan yang layak berupa lingkungan hidup yang bebas polusi.

Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945: “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dijalankan berdasarkan Undang-Undang Dasar.” Buka mata, pasang telinga, dan rasakan lewat hati. Indonesia milik kita, bukan presiden, bukan pejabat, bukan juga bos-bos perusahaan besar. Sikat mereka yang merampas hak kita dengan otak! Hajar mereka yang merenggut asasi kita dengan logika! Dan kita bersama akan memanusiakan manusia yang berlandaskan Hak Asasi Manusia.

Posted in | Leave a comment

Mungkin

Mungkin aku adalah kegelisahan pagi yang pasrah tanpa pasti apakah mentari akan menyejukkan, atau hanya akan membuat terik.

Mungkin aku adalah dinding dinding tua yang kokoh, puluhan hingga ratusan tahun disapa hujan dan disenyum panas, dan menunggu berapa saat lagi akan bertahan.

Mungkin aku adalah kegusaran hutan ilalang yang setia tetap bertumbuh meski alam pun mengamini, mereka hanyalah bagian dari konspirasi.

Mungkin aku adalah pohon pisang yang cantik di padang pasir, sebanyak apapun dahagaku bisa tercukupi, tetap saja suatu saat semua akan dihisap habis oleh alamku.

Mungkin aku adalah kesetiaan mentari dalam setiap tengah hari, sekuat aku ber-ego, tapi aku menunggu bahwa Pencipta suatu waktu akan membalikkan tempat terbitku.

Mungkin aku adalah jembatan lama yang disandingkan dengan jembatan baru, semua sama hanyalah perbatasan atau tempat lalu lalang semua yang miliki tujuan dunia.

Mungkin aku adalah...
Mungkin aku...
Mungkin...

Posted in | Leave a comment

Rekayasa Rindu

Kalo hidup memang ditakdirkan untuk saling membutuhkan dan saling mengisi, pastinya akan ada ganjalan berupa kepuasan hati dan kebahagiaan bathin kalo memang semua selaras dan seiring sejalan. Tapi kadang kenyataannya, aku lebih banyak membutuhkan daripada dibutuhkan, mungkin sedikit membuat otak berpikir.

Hidup juga sudah digariskan untuk saling melengkapi. Esensi dari saling melengkapi, berarti ada hal ketidak-sempurna-an yang mungkin bisa di-isi oleh kelebihan, hingga hal tersebut terlihat sempurna. Tapi, kenyataannya tidak. Mungkin juga karena ketidak-sempurna-an ku jauh lebih banyak dari kelebihanku, sehingga sulit melengkapinya. Ntahlah.

Katanya juga cinta itu egois, dan cinta juga hak manusia. Tapi, aku justru berusaha setidak egois mungkin, mungkin persepsiku tentang cinta masih primitif. Tapi benar saja, cinta tau mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang harus ditinggalkan. Ya, cinta adalah pelajaran terbaik untuk memilih dan bertanggung jawab untuk pilihan itu.

Satu lagi, cinta mengajarkan banyak ujian. Ntah itu diposisi yang paling serba salah, atau posisi paling menguntungkan sekalipun. Bagaimana cara agar aku mampu konsisten dan tetap berada pada jalur cinta yang sehat.

Aku memilihmu karena aku yakin aku bisa bertanggung jawab dengan segala ke-egoisanku. Aku ingin kamu karena aku tau kamu layak buat selalu diperjuangin. TAPI, aku lebih tau diri bahwa ketidak-layakan aku untuk dipilih adalah hal wajar.

Pada titik terendah sekalipun, aku masih membutuhkanmu, ntah sebagai apa yang kamu bisa. Tapi setinggi apapun titik yang aku injak, tak sepatah pun terucap kalo semua hanya sekedar rindu. Rindu yang pada akhirnya akan membawaku kemana dia berlari. Apakah aku akan konsisten untuk terus disini, menikmati rindu ini, atau aku yang bakal mati dan terkubur oleh rinduku sendiri.

Lagi-lagi, semua masalah proses. Selalu akan ada jalan baru yang aku temui, dan Demi nama dan Sujudku setiap saat, aku ingin proses ini berlabu ke kamu.

Posted in , | 1 Comment

1+1+1=0

Sebatas apa keadilan dalam cinta?
Sebatas ada yang lama berjuang namun hanya disuruh tetap sabar, atau ada orang baru yang langsung bisa ada ikatan?

Contohnya, ada tamu yang sudah lama datang, disuguhkan minum, dan makanan dan hanya duduk-duduk manis di teras rumah, sedangkan ada tamu yang baru datang tapi langsung disuruh masuk ke dalam rumah.

Jika cinta memang tidak mengenal keadilan, lalu mengapa harus ada perjuangan? Aku susah mendeskripsikannya, tapi andai saja mata, telinga, dan hatiku yang bisa berbicara, nangislah.

Mungkin juga keadilannya untuk orang yang jelek hanya sebatas itu. Cukup menunggu, menunggu, dan harus sabar ujungnya.

Mau apalagi?
Rasa-rasanya. . .

Takdir pecundang memang seperti ini. . .

Posted in | 1 Comment

3 Bahan, 1 rasa, dalam 1 Bungkus Cerita

Ada rasa yang memang tak harus diteruskan, dan ada prasangka yang sudah cukup aku tahu kulitnya. Perasaan sepi yang dulu sangat akrab denganku memang pernah kulepas pergi, aku kira ia bakal lama pergi, ternyata dia kembali. Tapi, aku harus beradaptasi lagi dengan sepi, sudah lama tak jumpa, bahkan rasanya pun aku sudah lupa. Lucu ya, ternyata sepi itu pergi untuk kembali, dia memang banyak diam, namun pasti. Dia juga tak banyak menyakiti, tapi dia buat kelu.

Semua kembali lagi, setelah tidak ada yang bisa aku dapatkan dari ke egoisanku menentang takdir. Aku terlalu asik berusaha, terlalu jumawa berikhtiar, tapi aku lupa satu batasan yang memang membuat aku harus terjun lagi.

Aku lupa bahwa selama ini aku hanya mencari "bonus" dari apa yang aku idam-idamkan. Tapi, bonus nya tinggal isapan jempol. Ternyata kosong. Eh, atau memang aku yang kalah, aku tidak sekuat ambisi ku, aku juga tidak sekuat harapanku. Ya tapi, "sesuatu-yang-pernah-kuanggap-baik-itu" mungkin masih menghantui.

Kamu semangat ya, aku sayang kamu.

-------

Banyak pelajaran yang aku geluti akhir-akhir ini. Panjang perjalanan untuk bisa naik ke kelas selanjutnya. Tapi aku masih gagal dalan ujian yang diselenggarakan. Membuatku harus tetap tinggal disini, dan yang lain, sudah akan naik ke kelas yang lebih tinggi. Banyak yang harus aku perbaiki, memang.

Aku pernah bermimpi bahwa bahagia kamu itu hanya aku, atau aku juga sering berandai-andai kalau yang bisa kamu andalkan itu, cuma aku. Tapi setelah aku terbangun dari tidurku, aku sadar, oh hanya mimpi.

Aku pernah berjanji tak akan pernah lelah untuk selalu ada dan selalu hadir dalam hidupmu. Tapi ternyata aku bukan pria yang bisa menepati janji, aku sendiri yang mengingkarinya, karena keadaan.

Aku berusaha menjadikan apa yang aku inginkan sebagai apa yang aku butuhkan, ternyata aku egois. Itu yang membuat aku belum baik dan mungkin masih harus belajar menjadi baik.

-------

Malam mungkin telah membuat perikatan bahwa ia akan sili berganti menjaga manusia dengan malam-malam berikutnya tanpa lelah. Tapi mengapa kita lelah?

Apakah matahari pun telah ikut berkoordinasi dengan yang maha punya, karena nyatanya ia selalu hadir, datang, dan ada saat manusia butuhkan, tanpa diminta. Tapi mengapa kita hilang?

Aku yakin bahwa bulan telah berjanji pada semesta, bahwa ia akan selalu menerangi malam hingga manusia-manusia dibumi hilang dari peradaban. Tapi mengapa kita ingkar?

Mungkinkah belum cukup hujan memberi pertanda bahwa setiap ia datang, manusia harus bersembunyi, berlindung, dan bernaung ditempat yang teduh. Tapi mengapa kita menjadi kemarau?

Kau tau aku pernah bermimpi bahwa akan datang matahari dimalam hari, atau bulan disiang hari? Rasa-rasanya itu sama seperti aku berharap kau jangan lelah, kau jangan hilang, kau tidak boleh ingkar, dan kau jangan menjadi kemarau.

Aku juga pernah berandai bahwa akan ada hujan diterang bulan yang aku cahayanya kilau menembus jendela, bahkan hingga pori-pori dinding sekalipun. Aku berteduh didalam tempat yang bisa melindungiku, dan aku bersembunyi dari petir yang bisa membunuhku setiap saat, dan aku bernaung untuk kenyamananku sendiri.

Andai sesuatu-yang-pernah-kuanggap-baik itu.
Tapi nyatanya? Aku adalah kamu, dan kamu memang bukan aku. Karena waktu belum mau bersekutu, jadi, aku harus ikhlas lagi.

Posted in , | Leave a comment

Ada Saran Judul?

Susah menafsirkan seseorang yang 'mungkin' berarti atau yang setidaknya 'mungkin' teristimewa didalam lingkaran hidup. Atau mungkin harus aku ralat kalimat pertama, lebih tepatnya kata pertama pada kalimat pertama diatas. Bukan susah, tapi bingung. Lebih tepat.

Begitu banyak hal-hal yang telah terekam oleh mentari dan diabadikan oleh malam. Mungkin itu sebagai faktor kebingungan. Menempatkan kata per kata yang sekiranya terbaik untuk manusia yang dianggap juga baik, itu juga ibaratkan berperkara dalam perkara. Sedikit beresiko. Tapi kalau benar, sanjungan yang diterima.

Aku pernah mencoba menafsirkan 'ia' yang kuanggap berarti. Sejak awal bahkan sebelum semua semakin berarti. Dari awal memang terjadi banyak pertentangan. Banyak kontras yang mencekik, bahkan kalimat-kalimat mereka menghidupkan amarahku. Mereka juga mungkin berusaha menggigit bahkan menggerogoti suatu jalinan yang aku anggap 'indah'. Tapi mungkin merekalah temanku. Aku bisa belajar banyak dari negativistik mereka akan aku. Sejak saat itu juga aku berusaha menegakkan payung teduh, agar setidaknya bisa meneduhkan bibir-bibir mereka sebentar.

Ada juga serigala yang seakan mengimbangi tafsiran diri aku akan sesuatu terbaik itu. Sebenarnya merekalah yang membuatku semangat. Tapi disatu sisi, mereka inilah yang bisa kapan saja menjadi musuh utama aku. Aku akan berpuas diri, dan berhenti berusaha menjadi yang baik. Tapi, tak ayal aku memang sangat membutuhkan mereka-mereka. Apalagi saat ini.

Aku sadar aku membutuhkan mereka-mereka untuk selalu mengoreksi diri aku, membajak semua kejelekan ku dan berusaha untuk memperbaiki diri. Terlebih, aku juga butuh 'ia' sebagai media utama agar aku bisa menjadi lebih baik, baik buat aku, 'ia', lalu? Kita. Mungkin. Hah!

Aku masih berfikir, apa aku bisa menjadi orang baik agar aku akan tetap pada jalan, impian, dan niat aku untuk hal terbaik itu. Sampai saat ini pun aku masih sulit mendeskripsikan keterbaikan hal itu. Lebih banyak ketakutan dari pada keberanian. Masuk ke materi pembahasan pun aku tampaknya segan. Tapi akan ku coba.

Sesuatu yang terbaik itu, pada awalnya (berarti pernah, sempat, bisa dibilang sangat) aku perjuangkan. Walaupun hanya sekedar usaha kecil, untuk aku dan aku lah. Antara usaha dan niat memang harus sejalan lurus. Karena itulah Rule of Law dari apa yang aku anggap terbaik itu. Aku rasa kalimatku makin mengada-ada.

Pernah ada yang bilang aku terlalu tulus memperjuangkan apa yang aku anggap baik ini. Omong kosong. Tidak ada ketulusan seperti ini. Dari dulu aku tahu yang namanya ketulusan secuil apapun itu, tidak bisa diucapkan dengan kata-kata bahwa 'aku tulus', karena itu sesuatu yang cukup prinsipil dalam hati. Apabila hal tersebut diucapkan, maka lunturlah makna beserta esensi dari 'tulus' itu. Sejuah ini yang aku amalkan, hanya terus usaha, dan perjuangkan apa yang dianggap baik, sejauh mana kebaikan itu tidak berpaling.

Tugas manusia-manusia yang 'berusaha' tulus seperti yang tertulis diatas. Namun, ada kalanya mereka bingung, atau kehabisan akal dan cara apalagi yang harus mereka lakukan. Aku khawatir dengan hal ini, terlebih dengan diri aku sendiri. Ketika menemukan jalan buntu, banyak manusia yang berusaha memutar jalan balik untuk kemudian menemukan dua pilihan lagi : berbelok untuk menemukan jalan yang menjadi tujuan sebelumnya, atau kembali ke fase awal seperti belum pernah berniat untuk mencari tujuan tersebut. Satu lagi yang bisa dilakukan manusia yang 'berusaha' tulus ketika menemukan jalan buntu dalam usahanya itu, yaitu : memecahkan jalan buntu tersebut. Yang ini nampaknya kerap dipilih mereka. Tapi aku tak akan pernah menyentuh hal demikian.

Satu hal yang aku tahu mengapa 'ia' atau sesuatu itu aku anggap terbaik. Karena 'ia' memang pantas diperjuangkan, tanpa ketidakberdayaan aku memonopoli keadaan saat ini, 'ia' atau sesuatu itu masih ku anggap terbaik. Sampai harinya nanti, ntah akan naik strata menjadi sesuatu yang istimewa, atau justru terjun ke hal yang tidak aku duga.

Hal lain yang aku mengerti lagi, bahwa sesuatu yang terbaik itu, adalah tempat aku belajar. Aku bisa mempelajari bahwa ambisi sangat erat dengan egoisme, maka dari itu, aku harus bisa mengontrol keduanya agar tidak menjadi disparitas kekuatan, aku tinggikan ambisiku cukup dengan seper-sekian dari egoisme diri aku. Karena aku juga manusia yang mungkin memiliki berjuta ego pribadi.

Ada lagi, aku bisa belajar bahwa keyakinan juga sangat erat hubungannya dengan optimistis. Setiap manusia memiliki keyakinan akan jalannya yang membuat aku tahu, bahwa dengan optimis, semua akan terasa lebih terang. Tapi tidak semuanya seperti itu. Aku tahu bahwa sikap optimis yang akan membuatku terlalu bersemangat, aku hanya takut aku akan keluar dari jalurnya untuk mendapatkan sesuatu itu.

Ternyata semua masih harus aku pelajari. Hingga aku lulus dan mendapatkan bonus dari semua yang mungkin telah disiratkan dari yang maha punya skenario.

Aku manusia biasa. Mungkin aku butuh, mungkin aku juga ingin. Tapi semua masih dalam proses fit and proper test ilahi. Akan ada hal datang dan pergi seperti matahari dan bulan yang bergantian mengisi. Akan ada juga senyum dan tangis beriringan dalam bahagia dan dalam sendu. Tapi aku yakin semua akan selalu ada kesempatan untuk saling menjadi orang baik dan menjadi orang yang pernah 'berusaha' tulus dan berjuang

Aku sayang 'ia', sesuatu yang terbaik itu.

Posted in , , | Leave a comment

Politik Kenyamanan

Orang baik.
Semua orang yang diciptakan di bumi ini jelas, memiliki keinginan untuk menjadi orang baik. Ntah baik menurut dirinya sendiri, atau baik juga untuk orang lain. Ntahlah. Aku pun sangat ingin menjadi orang baik. Heran, aku bingung bagaimana cara dan proses manalagi yang harus aku tempuh.

Aku pernah berusaha menjalani suatu itikad baik, sebut saja dalam sebuah hubungan. Itikad yang mungkin aku coba konkritkan tidak hanya sekedar visualisasi, atau verbalisasi, malah semua telah aku coba dengan suatu realisasi. Jelas dan konkrit.
Tapi memang tidak semudah itu, terkadang apa yang tersirat tak sama dengan apa yang tersurat, atau apa yang disuratkan, bukanlah inti dari hal yang menyiratkan. Susah mencari sinkronasi dari hal itu. Aku mulai bingung (dengan kalimatku sendiri).

Dalam sebuah hubungan, apakah sebuah kenyamanan menjadi inti penting? Atau legalitas? Atau hanya sekedar formalitas?
Semua masih menjadi teka-teki. Tapi teka-teki inilah yang menarik untuk aku teruskan. Ntah teruskan menjadi teka-teki abadi, atau berhasil kupecahkan. Aku semakin bingung (mungkin kalian juga).

Hakikat kenyamanan, dalam harfiah adalah suatu rasa yang hanya mampu dirasakan tanpa adanya suatu dwag, dwaling, bedrog (dalam hukum perdata, yang berarti paksaan, kekhilafan, dan ancaman). Rasa nyaman itu tentu sangat naif apabila aku deskripsikan secara harfiah, karena jelaslah rasa tersebut adalah abstrak dan kadang adalah rasa yang sulit dijelaskan.

Lanjut ke topik, apakah kenyamanan menjadi sebuah legalitas atau malah sekedar formalitas?
Didalam prakteknya, ya memang kenyamanan tidak terlepas dari kriteria mereka yang ikhlas dan menjadi orang baik didalam rasa itu sendiri. Karena suatu rasa yang tidak dipaksakan memang hanya dirasakan oleh orang yang berusaha baik. Mungkin. Aku bukan orang baik, jadi aku tidak tahu tentang ini (Lagi berusaha).

Kalau kenyamanan hanya sebagai suatu formalitas, bukankah esensi dari hubungan tersebut terkikis? Mungkin aku setuju dengan opini yang satu ini (padahal semuanya aku setuju, karena aku yang menulis). Tapi apabila aku dan/ atau kalian yang bersedia mengkaji lagi, benarlah, jangan menjadikan kenyamanan menjadi satu hal utama. Apalagi menjadikan kenyamanan sebagai kitab/ panutan/ bahkan mazhab dalam sebuah hubungan. Aku sendiri yakin, kenyamanan memang tidak menjamin semuanya.

Karena apa, rentetan perkara atau perjalanan didalam suatu hal yang sedemikian kita (aku) usahakan dalam itikad baik, tidak serta merta hanya mementingkan kenyamanan. Ada yang pernah bilang, "nyaman saja tidak cukup, butuh A, B, C, D". Ya, memang tidak bisa aku pungkiri. Sekarang timbul lagi pertanyaan, ABCD yang dimaksud itu apa? Semua lebih abstrak dari sebuah kenyamanan tadi.

Tapi ada satu hal yang mungkin bisa aku tarik benang lurus dari hal-hal ABCD itu, ya jelas saja ada hal yang lebih penting dari itu. Usaha. Aku rasa kita tidak bisa memungkiri bahwa suatu Usaha lah yang akan menjamin semuanya. Ingat, jaminan tak selalu indah. Jaminan bisa berupa pendapatan/bonus, bisa juga berupa kerugian. Jadi pintar-pintar kita yang ber Usaha untuk mengejarnya.

Selanjutnya, tentu kita (maksudnya aku) harus pandai, pintar, dan giat dalam menempatkan posisi. Sebagai seorang yang sedang berjuang dalam itikad baik, dan menjadi orang baik. Mau tidak mau aku harus bisa menjadi siapapun, apapun, dan dengan cara bagaimanapun didalam suatu posisi, atau peran apa yang harus kita lakoni dalam sebuah kondisi (yang dia butuhkan). Tidak mengharapkan hal muluk-muluk, tapi justru berusaha dengan semuluk-muluk kemampuan yang dimiliki.

Bertahun-tahun aku selalu mengamalkan suatu teori yang ku rakit sendiri : "Mencintai proses. Ntah aku akan dibawanya lurus kedepan, atau berbelok kemana proses itu berjalan". Sama sekali tidak aku pungkiri, mazhab yang aku gunakan ini cukup ampuh. Sampai saat ini. Segala usaha yang aku lakukan, memanglah suatu proses, dimana aku harus dibawanya lurus kedepan, tetap tegak dalam pendirian (sedikit egoisme) dan akan dapatkan jawaban setelah menembus garis finish. Atau pilihan kedua, aku tetap menjalani proses ini, dan berbelok untuk menentukan suatu keputusan yang berbeda dengan niat awalku. Itulah proses, mencintai awalnya, dan akan aku temukan cinta-cinta dalam suatu perjalanan yang aku harapkan adalah suatu hal dengan itikad baik.

Yang pasti, seorang pejuang yang berfikir dan menanamkan hati ikhlas, tulus, dan aman, tidak akan memikirkan hasil. (Hasil hanyalah sebagai bonus, ntah bonus pendapatan atau malah kerugian). Tapi yang terpenting adalah terus berusaha dan berusaha. Bukan untuk mendapatkan apa yang di inginkan, tapi mencari pendapatan dalam sebuah proses. Make it easy.

Posted in | Leave a comment

Mencoba Menjadi Dewa

Aku memang sibuk.
Sibuk dengan buku-buku ku yang dianggap mereka bacaan pemuda frustasi yang tinggal menunggu maut. Atau paling tidak sedikit dari mereka kalau buku-buku itu hanya bacaan pemuda kurang kerjaan yang mendedikasikan dirinya untuk masa lampau, masa dimana mungkin ibuku belum lahir disana. Ya, mungkin masa dimana kakek dan nenekku baru mengenal cinta.

Aku memang sibuk.
Sibuk dengan doktrin-doktrin dari bacaan hingga tontonanku yang mereka anggap 'not important'. Banyak teman sejawad yang mungkin heran dan sedikit menyindir tentang Soe Hok Gie. "Soe Hok Gie? Siapa itu? China mana yang kau kagumi itu? Kau atheis?"
Manusia memang diciptakan untuk men-judge dengan apa yang mereka lihat, bukan yang mereka tahu lebih dulu.
Aku tak akan panjang lebar bicara Gie disini, percuma, tidak akan ada yang mengerti.

Aku memang sibuk.
Sibuk dengan idealisme konyol ku tentang pandangan politik. Banyak kawan juga yang mencibir: "Ngurusin politik? Mau bagaimanapun negara kita akan tetap seperti ini!". Ya, manusia dibebaskan untuk berkomentar, jelas di Pasal 28A-J UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia. Aku cukup diam.
Masalah mengapa aku kadang sibuk dengan idealisme konyol ku tentang politik, jelas menurutku dan menurut yang kubaca dari Gie "Mendiamkan kesalahan adalah kejahatan". Aku berkomentar sesuai apa yang aku lihat, dan tentu dengan mengkaji dulu, dan aku tidak sekedar ngoceh, tapi aku mencoba menggali dan memberi solusi.

"Aku akan bertahan pada prinsip-prinsipku, lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan". Ungkapan Gie ini mungkinlah pantas menjadi landasan berfikir ku, karena selagi aku yakin dan percaya dengan apa yang kufikirkan, akan selalu kuperjuangkan itu. Aku tak akan takut plintat-plintut menghancurkan hematku. Karena aku pun tahu, mahasiswa dan pelajar Indonesia adalah pelajar-pelajar yang tercipta dalam kondisi yang keras dan disiplin, jadi semua akan membentuk sebuah pemikiran yang kokoh dan pendirian yang teguh.

Aku memang sibuk.
Sibuk sehingga aku sedikit melupakan sebuah euforia anak muda, euforia yang mereka sebut sebagai manis madunya usia belasan. Usiaku sudah 19tahun, aku dikira sudah usia 30an tahun dengan sikap-sikap sok sibuk dan sok idealisme ku ini. Euforia anak muda, senang-senang, hura-hura, hingga bermain pada kemunafikan. Ku katakan, aku mungkin tidak seperti itu, walaupun kalau disuguhkan mainan cantik, mungkin aku goyah, tapi lebih baik kutegaskan, semua sesuai kehendak ilahi.

Euforia cinta masa muda.
Ya, aku tak ketinggalan perihal itu. Semua kurasakan, mengagumi si A, kemudian mencintainya, lalu aku bersikap pasif, karena aku tahu, semua tidak akan lebih indah apabila aku teguh pada "perjuangan" meraih mimpi-mimpiku. Mungkin masih banyak ambisi dan obsesi ku hingga aku seakan menyampingkan cinta. Padahal, ya aku butuh.

Ucapan demi ucapan keluar : "Mana ada wanita muda yang mau dengan anak lelaki biasa saja dengan bacaan tahun 80an", "Dia terlalu sibuk ngurusin politik, jadi wanita takut tak keurus kalau sama dia". Sudah biasa. Dan aku bahagia dengan cara ini, aku membentuk karakter yang mungkin tanpa usaha pun akan terbentuk, tapi aku akan membentuknya sendiri, agar aku tahu bagaimana cara menghargai dan mencintai sebuah proses.

"Ada pria dan wanita yg begitu merasa kesepian, sehingga mereka percaya bahwa Tuhan pun kesepian" Gie. Jadi seorang intelek itu harus berani kesepian dan berani dibenci. Namun aku masih terlalu banyak kawan yang tahu dan cukup mencintaiku, untuk membentuk suatu idealisme, bahwa peleburan beberapa karakter dibutuhkan. Bukan untuk perbandingan, namun pengembangan.

Posted in | Leave a comment

Doaku Untukmu

Sudah lama tampaknya aku tak bergusar dalam goresan-goresan, terakhir lalu saat aku bersikukuh berhenti melawan takdir itu. Takdir yang sudah banyak orang tahu, tentang ke egoisan yang diharamkan mereka, dan sebagian lagi hanya senyum menggerutui tiap langkah yang kuambil. Namun aku katakan dalam tulisanku sebelumnya, aku benar-benar sudah kalah. Aku menyerah pada takdir yang bertahun kucoba lawan, dan takdir yang ada dan tiada pun oleh ulahku sendiri.

Demi apapun aku tak ingin 'dejavu' macam itu kembali menghampiri, cukup bagiku menjadi pesalah yang bertahun mengalah, dan aku ingin bangkit untuk menghancurkan tembok-tembok yang lambat laun akan membentuk stigma buruk tentang diriku ini. Aku bisa berdiri dalam ke egoisanku, tapi aku sulit bertahan karena tak ada yang mampu mengimbangiku dalam ke egoisan itu. Aku mengharapkanmu mampu untuk itu.

Puji syukur, aku terlahir dengan sebuah tekad kuat dan ketetapan hati untuk memilih seorang yang kuanggap mampu untuk menjadi teman yang akan mengimbangiku dalam ke egoisan itu. Ketika penyeimbang itu dikirim Tuhan untukku, makan ke egoisan itu aku yakin akan disulapnya menjadi kehangatan yang sedikit pedas, tapi tetap nikmat. Persis seperti semangkuk bakso yang biasa kunikmati.

Perjalanan yang mungkin sudah lumayan panjang yang telah dipersembahkan yang Maha Skenario padaku sudah memberikanku banyak pelajaran dan pemahaman. Tentang, oh itu yang namanya susah, dan Waw ini toh kenikmatan dunia. Semua seakan terangkum nyata dalam setiap langkahku menapaki jejak jejak baru yang akan dan atau harus kutemui kedepannya. Semua sangat berharga.

Aku menemukanmu sebagai sosok yang indah. Dalam gemulaian parasmu dan dalam cerita-ceritamu aku berfikir apakah kau akan masuk dalam jejak jejak hidupku kedepannya. Mungkin terlalu dini untuk mengatakan demikian, sebab semua kemungkinan masih akan terjadi kedepannya. Namun apasalahnya aku mencoba merangkum apa yang aku lihat dan mencoba menerka semua yang ingin kubangun dalam pondasi yang mungkin akan kita isi berdua nanti, atau akan tetal kuisi sendiri.

Aku kembali terpatri dan kuharap aku terpatri pada posisi terbaik yang dijanjikan Tuhan untuk hambanya yang berusaha untuk menjadi baik. Aku berusaha menambatkan hati ini padamu, walau mungkin akan sulit terjamah akan sosokku yang sukar dalam urusan seperti ini. Aku memang lebih sering dipecundangi dalam hal ini, sedikit dikasih gula, sisanya akan menjadi pahit juga. Namun, aku bukan bersikap apatis terhadap sebuah rasa, aku hanya ingin antipati terhadap setiap yang dulu pernah terjadi.

Segenap pertanyaan menyeruak ke permukaan, pantaskah aku mengagumimu? Sia-siakah aku mengharapkanmu? Padahal aku pun tak pernah mempersulit perkara ini. Hanya saja, banyak orang yang terlalu ingin turut mencampuri sebuah lahan yang sampai kapanpun mereka tak akan bisa menginjakan kaki disana. Lahanku ya lahanku. Tapi, tidak salah mereka menyibukan perkara ini demikian, karena itu logis dan mungkin realistis. Yang kemudian akan menjadi acuan bagiku, untuk tetap lanjut, dan menghargai setiap proses yang akan berjalan dan mencintai proses itu, atau berhenti dan mencari perkara baru.

Serba salah menjadi diriku yang ditakdirkan akan hal ini. Namun sejauh ini aku akan tetap tegap berdiri dan aku akan setia dalam pengharapan bahwa ini yang akan kubuahi dikemudian hari. Berusaha menjadi seseorang seperti janji Tuhan, orang baik untuk orang baik. Dan aku tahu diriku sekarang belum menjadi orang yang baik untuk menggapai dirimu
yang baik itu. Aku masih harus banyak berusaha dan belajar dari hidup ini.

Bantu aku untuk tetap bertahan dalam semua kebaikan yang akan ku usahakan, bimbing aku dalam setiap lantunan kebaikan yang akan kita cita-citakan, dan sambut aku dengan senyuman saat kita ditakdirkan untuk bersanding.

One day, we can going stand there and be happy.

Posted in | Leave a comment

Aku Bukan GIE

Ternyata aku memang harus sadarbahwa aku sudah kalah. Kalah oleh takdir yang bertahun ini coba untukku lawan.Segala daya dan upaya yang coba ku kerahkan, namun itu bukan apa-apa,dibanding pertahanan takdir yang melapisi setiap ironi perjuanganku dan perjalananku.

Aku tahu, kamu tahu,dan mungkin semua pun tahu bagaimana aku bisa bertahan dari waktu. Sendiri melawan arus dan takdir.Sesimpel apa itu impianku. Semua terpatahkan oleh mereka yang mengharamkan semua niat halalku.

Dalam perjalanan ini,banyak sekali yang harusaku lawan,mulai dari mereka yang bertindak munafik yang siap menerkamkusewaktu-waktu. Aku juga harus melawan kelicikan oknum yang takpernah ikhlas melihatku menang untuk sementara.Satu lagi,aku juga harus berjuang menghancurkan ke-sok-tahuan dunia. Semua menjengkelkan, dan tidak adil karena aku hanya berdiri sendiri.

Ntah apakah ini ujung dari keputus-asa-anku, atau kejenuhanku yang mulai mekar dan memenuhi isi rongga perasa ini. Tapi satu yang pasti, aku sudah benar-benar tidak sanggup dan mungkin ini akhir dari perjuangan yang aku rangkai dan buat sendiri.

Soe Hok Gie memang selalu berkoar-koar " Aku tidak mau menjadi pohon bambu,aku mau menjadi pohon oak yang mampu melawan angin". Dan aku rasa,pohon oak-ku pun sudah ditebas oleh kecurangan dunia. Aku berusaha berdiri menjadi pohon oak-nya Gie, namun dunia bertindak lebih kejam dari itu.

Aku tahu dan mengerti, seorang idealis keras seperti Gie atau Tan Malaka, haram bagi mereka mengenal kata menyerah. Aku pun berusaha menanamkan doktrin semacam itu, tapi sama saja aku mencekik leher sendiri dan menyayat nadi ini. Semua akan terlihat percuma. Aku hanya berusaha melawan arusku, mencoba membunuh penghalang takdir indahku, dan merangkai skenario dahsyatku untuk aku dan impianku.

Terkadang idealisme dan ke-egoisan sulit dibedakan. Tapi dikala aku sudah mengibarkan bendera putih ini, masihkah dunia menyebut itu ke-egoisan? Tolonglah jangan bertindak seperti partai-partai nakal yang hanya merasa hebat karena kekuasaan, dan menjerit pilu apabila di-injak-injak. Manusia sekarang memang terlihat sulit mendeskripsikan atau menganalogikan jengkal kehidupan masing-masing.

Aku menyerah memang karena aku kalah.Aku kalah hebat, kalah berisi, dan kalah karena aku terlalu jujur (mungkin). Aku takluk karena memaksakan idealisme yang ditanamkan Gie didalam otakku. Tapi itulah, aku bukan Gie yang tak pernah takut dengan dunia. Aku mengibarkan bendera putih pun dengan ketulusan.

Aku teramat mencintaimu, tapi mana cintamu? Sudahlah, lupakan. Semua telah kukubur dalam ketulusanku dan akan mati dalam sumpahku untuk menjagamu lewat semua doa dalam solatku.

Posted in | Leave a comment

Surat Untuk Ketua KPK

Kepada
Yth Ketua Kmisi Pemberantasan Korupsi
Abraham Samad, dimanapun anda bernapas

Assalamualaikum, Pak Mamad yang kece.
Sebelumnya saya mau memperkenlkan diri dulu ya pak. Eh, tapi kayaknya bapak udah kenal saya deh. Bapak followers twitter saya kan? bapak juga yang suka nge-like status facebook saya kan pak? hmmm, tapi kayaknya bukan deh pak. Itukan pak samad tukang jaga malam di komplek saya. Eh, pak. Ngomong-ngomong tentang pak Samad yang jaga malam di komplek saya itu. dia itu gahol loh pak. Blackberry nya aja 2 loh, pak. Satu buat bbm-an, dan yang satu lagi buat alarm kalo ada maling di komplek saya pak. jadi komple saya aman pak. Dan, pak Mamad mesti tahu, kalo Pak Samad itu punya anak gadis yang cantik banget pak. Tapi sayang pak, anak nya pak Samad itu udah punya 4 orng anak, dan yang paling bungsu aja udah seumuran dengan ibu saya pak. Jadi, yang harus ditanyakan itu, berapa umur pak Samad sekarang?

Beralih ke topik lain, dan saya mau serius nih, pak. Eheem.
Pak Mamad abraham yang kece badai, anda tahu tidk, mengapa akhir-akhir ini korupsi di Indonesia makin merajalela?
Saya itu amat prihatin, pak. Saya coba baca-baca artikel terkait, eh pernyataan mereka ampir sama semua. Basi, pak.
kalo gak khilaf, ya suruhan istri. Terus ada juga yang nyalahin upah kerja ataupun gaji mereka yang kurng memadai. Sehingga, mereka bisa mencari-cari alasan dan kesempatan untuk korupsi.

Padahal tuh ya pak, yng salh itu Charly van Houten, pak. Iya si rambut lepek itu, pak. Bapak Tahu, kan kemaren si Charly itu mau ngebuat artis management gitu, pak. Ikut-ikutan Ahmd dhni kali ya, pak. Terus dia bangkrut, pak. Kasian kan? Imbasnya, karyawan dan kryawati nya banyak yang nganggur, terus nyari-nyari kesempatan buat korupsi di kantor mereka, pak.
Barang-barang yang mereka korupsi, antara lain :
-Kaki kursi setengah berkarat
-Papan tulis gambar naga
-kapur merah buatn cibaduyut
-Gagang pintu buatn solo
dan, itu kantor apoa sekolahn sih?

Tapi, pak. Terlepas dari semua tetap salah dimata hukum kan pak? kalo kata guru agama itu "Dosa, nak!" iya pak, Dosa!
Kita ini kan emang negara hukum ya pak, jadi bapak harus tetap hukum mereka dong pak!
Tapi jangan sadis-sadis dong, pak hukuman nya. Masak yang katanya siap digantung di monas aja gak di tahan- tahan , eh yang kasusnya kecil ntar gak ditahan-tahan lagi buat dihukum sekarang. Jangan ya pak. Kan bapak ganteng :*

Pindah ke topik lain ya, pak. Pak Mamad yang kece ini punya twitter gak? gak punya? payah ah. Padahal ya pak, kemaren itu lagi heboh dengan twitter presiden pak. Bapak tau? presiden kita itu hebat ya pak. Baru buat akun twitter aja udah heboh se antero bangsa, belum punya tweet aja followers nya udah ribuan pak. Eh pas pak Beye nge-twit itu ada live report nya di headline news metro tv pak. Alhasil, followers pak beye udah jutan ni pak. Padahal itu gak adil kan pak?
Saya aja waktu baru punya twitter, kagak ada follower pak, selang sebulan followers saya aja cuma 2 pak. Satu temn sebangku sya yang saya sogok pake batagor biar di follow saya, terussatu lagi itu ya pacar saya pak. Tapi waktu kami putus, saya di unfollow nya pak, jadi followers saya tinggal 1 pak. Sedih kan, pak? gak juga ah.

Oh, iya. Bapak gak niat bikin album musik gitu pak?
Kalo saya saranin ya pak. Sekarang ini ya, yang lagi laku keras itu boyband pak. Jadi apasalahnya bapak bikin boyband dulu, kan biar tambah gahol pak. hehe Jangan kayak presiden kita itu pak, buat album sampe 4 biji, eh gak ada yang laku. Kan rugi, katanya pinter? bohong ya pak. Itulah presiden kita, pak. Dari musisi yang gak laku, beralih ke seniman twitter yang laku keras. Strategi yang hebat.

Udah dulu ya, pak.
Ntar lain hari saya mau curhat lagi ni, pak. Bapak ganteng banget ya, jenggot bapak itu buat saya gak tahan ngeliatnya :*
Bapak hak mau pake behel pak? sekarang itu pak, kalo mau eksis gak mesti mahal, yang penting alay :D

dada bpak, Wasslamualaikum

Posted in | Leave a comment

12 IPS 1

Seperti dihari biasanya, yang hampir setiap hari aku hadir paling awal dikelas. Agenda rutinnya, duduk, melamun, atau tidur dikelas.Karena, sekolah yang masih sunyi, tanpa manusia bergerombol. Hanya segelintir saja. Ketika itu aku hadir dikelas, duduk, melamun memandangi sekeliling sisi kelas. Melihat kipas angin yang sudah mulai bertebal debu, bangku-bangku oranye yang mengilap, papan tulis yang pinggirannya menjadi lahan empuk kreasi Redho, calon arsitek. Disudut kiri terlihat Disspenser putih yang kutanda tangani.

Aku menghirup bau pengharum ruangan yang menyegarkan. Tenang, sejuk, dan hampa. Datang disaat lebih pagi ini sangat kusenangi, disaat inilah, untuk beberapa menit aku bisa mersasakan ketenangan yang hampa, dan kesejukan yang lumayan hampa pula. Dimana tak akan kudengar kebisingan, atau jeritan tsidak penting.

Sebenarnya, aku bersekolah di Madrasah aliyah. Sebuah tempat yang dianggap sebagai tempat yang menjunjung tinggi pendidikan akidah, akhlak, agama, dan moral. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa, madrasah aliyah adalah satu-satunya jalan bagi orang tua yang anak-anaknya tidak diterima di SMA negeri yang diinginkan. Semacam batu loncatan. Mungkin. Bisa jadi itu saya.

Sebenarnya, aku memang tidak diterima di SMA negeri. Tidak ada jalan lain untukku, untuk tidak memilih Madrasah aliyah. Terkadang memang pilihan itulah yang dapat merusak hati kita. Ketika aku terdampar disekolah ini, hanya pasrah kujalani yang harus kujalani ini. Ku tak mengerti jalan takdir yang sekejam ini membuangku di Madrasah aliyah ini. Dan semua senyumku seakan terbungkam, dulu.

***

Kelas 12 IPS 1, kelas yang asri, indah, dan berbeda. Dimana disini, untuk ketiga kalinya, Abdul Hakim selalu menjadi ketua kelas. Tapi kali ini, ia memiliki sistem pemerintahan kelas yang berbeda dan lebih ekstrim. Kelas kami seakan menjadi suatu negara kecil yang sudah maju.

Di dinding kelas pada umumnya terdapat dua buah foto manusia pilihan -Presiden dan wakilnya,s dan burung garuda yang bediri gagah diantara mereka. Tapi berbeda dikelas kami, akibat tangan hakimlah, ditambahnya dengan dua bingkai yang bertuliskan "Daftar imam solay Dzuhur" dan "Daftar pembaca doa" setiap harinya. Betapa luar biasa kelas kami, bukan?

Kelas ini diisi oleh orang-orang hebat. Ada yang pintar, ganteng, cantik, jelek, wangi, bsusuk, baik, buruk, semua ada. Jadi kalo diibaratkan toko, kelas kami ini toko serba ada. Jadi kalo mau cari apapun, datang ke kelas kami. Ada Hakim dan Welly yang kesehariannya diisi dengan mengaji, menceramahi orang-orang. Ada juga Redho yang lihai mengolah spidol kelas kedalam kanvas papan tulis untuk menjadi suatu karya bernilai mahal. Atau ada juga persaingan antara dua penjual pulsa, Wanda dan Nopri. Kios pulsa berjalan.

Masih banyak lagi keunikan dan aspek-aspek luar biasa kelas ku ini. Tak akan cukup satu ku jabarkan. Tapi, ini saat-aat terakhir untuk ku menikmati kelas 12 IPS 1 itu. Padahal masih ingin kujelaskan tentang lekuk, tekstur, dan kejenuhan yang mencampur menjadi satu dan ssinkron di Madrasah ini.

***

Waktus sudah tak akan lama lagi, Semua kenangan akan kelas ini tiba-tiba bercampur aduk, mulai dari titik awal aku berdiri disini. Dimana pertama kali aku menginjakkan kaki diMadrasah aliyah ini. Ketika aku diharuskan berbaur dengan manusia-manusia yang sama sekali tak ku kenal, dan pada akhirnya, aku akan menancapkan langkah terakhirku, disini.

Semua kenangan itu berbaur, menghujam desiran otak untuk aku selalu berfikir, betapa indahnya rencana Allah mempersatukan kami disini. Semua yang kelihatannya mudah untuk terlupakan, tak akan dapat kulakukan itu. Karena semuanya, 12 IPS 1, dan keindahannya, tak akan menjadi sesuatu yang terbuang. Saat yang berharga dan tak akan tereka oleh ata-kata itu, sekarang aku baru menyadari semuanya, setelah detik-detik akhir aku disini. Aku menyayangi semuanya, tanpa aku mencintai keadaannya.

Posted in | Leave a comment

Kebiadaban Sebuah Keikhlasan

Apa yang aku fikirkan dari cinta mungkin belum tentu akan aku dapatkan. Apalagi yang aku impikan, barang pasti tak akan kuterima apabila terlalu tinggi aku berangan.

Cinta itu kejam.
Kau rasakan ketika pedang runcing dan mengkilap menusuk jantungmu, mengoyak setiap jaringan yang dilaluinya, memaksa masuk ketempat yang tak semestinya ia singgahi. Itu tak seberapa, dibandingkan kau harus merasakan cinta. Kelu rasanya. Tak terbayang betapa dahsyatnya peluru itu menerobos hati dan menghancurkan semuanya. Tak cukup kupaparkan bagaimana gilanya kau saat merasakan itu.

Cinta tak ada bedanya dengan sandiwara.
Sandiwara yang sebenarnya kita ketahui dan sadari, namun masih tetap kita jalani. Itulah bodohnya kita. Tak cukup satu trauma berbekas erat dan menempel dalam indera perasa Lebih dari itu. Hanya malaikat pencabut nyawa yang dapat menghentikan kebodohan itu.

Cinta menuntut keikhlasan.
Ini yang tak pernah kuinginkan. Tak pernah kurelakan, ikhlas hadir dengan biadab memperdayai diriku. Aku paling tak kuasa jika bertemu dengan kebiadaban sebuah keikhlasan.
- Dapatkah kau ikhlaskan dia mencintai orang lain?
- Bisakah kau tahan amarahmu melihatnya dengan yang baru?
- Sanggupkah kau mendengarkannya membanggakan orang lain didepan matamu?
- Tahankah kau saat melihatnya menggandeng orang lain yang baru dicintainya
- Masih berartikah dirimu saat keningnya dikecup oleh kekasihnya itu?
- masih bisakah kau hidup setelah tahu semua itu?
- Kau ikhlas?
- Kenapa? Itu semua bukan hak mu lagi.
- Apalagi yang kau harapkan? Kau matipun tak akan difikirkan lagi.

Begitu kejamkah cinta itu?
Penerapan sebuah orientasi yang salah dalam hidup tentang cinta. Jika aku mengkaji semua itu, cinta memang lebih kejam dari tertancap pedang tadi. Hari ini aku menikmati indahnya cinta. Itu salah. Aku hanya berada didalam pengaruh kepalsuan sebuah permainan. Siapa yang menjamin apa yang kunikmati hari ini akan kunikmati esok hari. Mungkin hampir pasti, besok yang akan terjadi adalah aku menjadi korban kebiadaban sebuah keikhlasan, lagi.

Penikmat cinta tak akan pernah mengerti betapa hinanya menjadi korban kebiadaban sebuah keikhlasan. Jelas, cinta yang sudah merasuki apa yang ada didalam otak mereka. Persetan. Matilah kalian. Cinta sedang mengasa pedang untuk menusuk kalian. Tinggal tunggu waktunya saja, boi.

ketika saat ini aku harus mengalah pada keadaan, pasrah dengan jarum jam yang seakan tak mau tahu deritaku saat ini. Merelakan air mengalir sejauh mata memandang. Makin jauh, lagi. Andai saja bisa kutitipkan semua kenanganku pada air itu, mungkin kini telah jauh dan tak akan terbesit lagi untuk ku ingat.

Untuk hal yang satu ini, jujur saja aku benci keikhlasan. Aku benci setiap perkataanmu tentangnya. Aku membenci keadaan yang tak memihakku, lagi. Aku kutuk semua waktu yang kau beri untuknya. Aku benci melihat tawamu untuknya. Bangsat. Jahanam keikhlasan cinta.

Dengarkah engkau, boi. Kau orang yang aku cintai, yang kini harus kuikhlaskan. Itu tak semudah mengikhlaskan anak anjing yang mati terlindas truk pengangkut tuak. Tak seenak mulutmu bilang cinta padanya. Tak sebodoh cintaku yang tak terterkah olehmu. Begitu mudahnya kau tanggalkan setiap kenangan yang tak dapat lagi kulukiskan semuanya. Permainan sudah ada pada puncak konflik. Sekarang tak ku mengerti lagi hatimu, tak kutahui lagi dirimu. Semuanya sudah terampas oleh pencuri biadab itu.

Pergilah kehati mana yang kau suka. Bahagialah ditempat persinggahan yang kau sebut terindah itu. Mainkan kembali apa yang akan menjadi permainan dan sandiwara cinta. Selamat bermain dengan cinta. Selamat menikmati bekas diriku. Dan selamat menanti Kebiadaban Sebuah Keikhlasan.

Posted in | 2 Comments

Abdul Hakim Bin Zainal Abidin

Bertinggi badan tak lebih dari 170cm, berkaca mata lumayan tebal, dan berkumis seksi nan menggoda. Ditambah dengan rambut cepak mengembang, persis duren setengah matang. Terlahir dari keluarga yang religius dan faham agama. Kau tahu, kawan, siapa namanya?. Abdul Hakim bin Zainal Abidin. Subahanallah, elok benar nama itu. Cerminan nama islam yang tiada tara.

Aku cukup mengenalnya. Tiga tahun di Madrasah Aliyah- setara SMA, riga tahun pula ia menjadi presiden diKelas. Sebenarnya aku heran, kebanyakan tiap kelas memilih ketua kelas yang sangar, dan siap menggertak para begundal-begundal nya dikelas. Tapi, Hakim malah tak ada sangar-sangarnya, bahkan wajahnya menggoda, untuk ditertawakan. Parasnya kocak. Suaranya tak seperti orang dewasa, dan cenderung berada pada jalur kebimbangan antara baligh atau belum.

Seperti kukatakan diatas, ia lahir dari keluarha yang religius. Suara nya kalau sedang mengaji, subahanallah, mampu membuat rumput bershalawat, ilalang berdzikir, dan tukang mabuk bertobat. Aku yakin itu. Ketenangan bathin pernah kurasa, waktu makhluk ajaib ini mengaji. Dia juga mungkin termasuk orang yang bisa buatku secepatnya bertobat. Tapi aku bukan pemabuk, kawan.

Kalau Hakim sudah mengaji, dunia serasa hanya milik dia dan mulutnya. Tak akan bisa kau hentikan. Meskipun, guntur menggelegar, atau kucing mengeong. Alunan tajwidnya, bukan main dan bukan buatan, kawan, elok. Hakim mengaji dimanapun dia berada. Dikelas. Kelas kalau satu hari tanpa mengaji, matilah kami diceramahinya. Dijalan. Sepanjang jalan manapun yang ia lewati, ia pasti mengaji. Batu dan jalanan kuyakin mendoakan setiap perjalanannya. Kalau berjalan dengan nya aku merasa aman, ia bak kekasihku yang menjagaku dengan cara yang lain dari pada yang lain.

Tapi, aku pernah merasa takut berada dekat dengannya. Ketika ia tetap nekad mengaji di tempat yang mayoritas non muslim. Aku cuma khawatir, Satu yang aku khawatirkan : takut dianggap teroris.

Masalah otak, jangan kau tanya. Orang ini termasuk jenius. Orang jenius yang pernah kutahu, lahir dan besar untuk ku kenal. Tiga tahun sekelas dengan nya, selalu ia yang jadi juara kelas. Tak pernah ia berikan juara kelas itu padaku. Setiap ilmu mudah ia serap, dengan baik dan diamalkan. Bukan main kau, kim, cocok dan ideal buat menjadi seorang pemimpin.

Satu hal lagi, Hakim layaknya manusia biasa, ia tak dapat menghindari dari masalah cinta. Pak Ustadz satu ini mengagumi seorang wanita yang cantik rupawan, yang kuyakin dicintainya. Alhamdulillah, tak seperti yang aku duga, ternyata Hakim masih suka wanita. Hakim sering bercerita denganku tentang wanita muslimah yang ia kagumi itu. Mungkin ia berharap untuk mendapatkan masukan-masukan konyol dariku. Kusarankan padanya untuk segera mengungkapkan perasaan suci itu dengan cara lelaki. Tapi klasik sekali alasan nya : Malu Pacaran. Mungkin ia takut menjadi bulan-bulanan olokan teman sekelasku, yang perlu kalian tahu, kelas kami menganut sistem persamaan gender. Lelaki dan peremouan, sama besar, mulutnya.

Namun, seorang yang baik hatinya macam makhluk ajaib ini, mungkin akan dilancarkan segala urusannya oleh Allah. Terkadang ia membuat aku kesal dengan omelannya. dengan khas juga karena masalah sepele : aku ribut dikelas, jam pelajaran. Atau dia sering naik pitam sendiri, karena banyak dari kami yang suka minggat saat jam piket kelas. Barang siapa yang tak piket kelas, dan tak menuruti tata tertib yang ia buat se-enak dengkulnya sendiri, kami akan didenda olehnya. Menyebalkan sekali aturan itu. Dengan sistem otoriter ia mengatur kami. Kejam kau, Kim.

Namun, aku tersadar. Di Negeri yang biadab ini, jarang kutemukan pemimpin yang tegas dan bersedia mengatur langsung anak buahnya yang begundal-begundal. Ketegasannya untuk mensejahterakakan kehidupan kami dikelas. Luar biasa, bukan buatan. Cakap sekali kepemimpinanmu, elok kewibawaanmu, dan bukan main caramu membimbing anak buahmu kejalan yang benar, Abdu Hakim bin Zinal Abidin.

Posted in | Leave a comment

Pembodohan Diri

Waktu sedang bermain didepan kobaran api. Melilitkan cinta yang tak tenang, dan membelenggu perasaan yang hambar.

Waktu sedang bermain didepan remangan kesunyian. Menjawabkan sebuah tanya yang tersirat, dan mengecoh sebuah ketentraman jiwa.

Jawaban atas waktu tentang apa yang akan terungkap. Sudah jelas, sekarang. Dirinya bersama yang lain.

X : Dirinya?
Y : Benar!
X : Hatinya?
Y : Tidak!
X : Yakin?
Y : Masih, Aku!
X : Bodoh!
Y : Tetap! Diam! Diam!

Ku yakin sesuatu itu yang kini terselubung diantara jiwanya, itu aku. Dia bersama yang lain. Tapi hatonya, aku. Dia bergandengan dengan yang lain. Tapi dirinya, aku. Dia berpelukan dengan yang lain. Tapi dekapannya, aku. Dia berciuman dengan yang lain. Tapi cumbuannya, aku.

X : Dasar tolol!
Y : Tidak!
X : Buang semua itu!
Y : Lebih baik menjadi Gay!
X : Masih ada, Allah.
Y : (Terhentak)

Kuharap aku bisa membuat waktu terbungkam. Mendiamkan, dan mendiktrin waktu agar berpihak padaku. Waktu, Kau lihat itu! lihat! Dia tertawa bersama seorang yang bergelut dengan nafsu.

Dia tertawa berdua, bercanda bersama. Ah! Muak! Cuih! Buat apa? Apa? Senyumannya masih berbekas, tepat didepan mataku.

Birahi!
Konyol!
Sesaat!
Bangsat!
Keparat!

Posted in | Leave a comment

Gado-Gado Bulan Oktober

Pernah dengar lagu Green Day yang judulunya Wake me up when september ends? Mungkin lagu yang menceritakan akhir dari sebuah peristiwa dibulan september. Tak jauh berbeda dengan gue, "Start and finish on oktober" iya. berdanya cuma sebulan kan? jadi terpaksa gue ngubah judulnya. Terlihat tidak konsisten ya judulnya? ah, tapi suka-suka yang nulis dong.

Di bulan oktober 2012 ini memiliki sejarah sendiri dalam perjalanan hidup gue. Mulai dari A sampe Z, gue rasa campur aduk dibulan ini. Mulai dari kegirangan, hingga garuk-garuk tanah.

Pertama, ini sejarah baru dalam hidup gue. Gue bisa bertemu langsung dan ngobrol sama personil NOAH. Band fenomenal itu. Gue berkesempatan langsung buat nonton, ngobrol, dan berfoto bersama mereka. aahh indahnya dunia. Sebenarnya tak ingin kurelakan waktu berjalan secepat itu.

Mungkin cuma itu yang senang-senang gue dibulan oktober. Hah? cuma segitu? iya, segitu.

Lanjut aja ke masa-masa suram gue. Berat ni mau cerita. Tapi, okelah. Pertama, gue harus melepaskan masa hubungan gue. Dengan kata lain, gue ber-transformasi dari masa pacaran ke fase jomblo, mengenaskan. Inilah fase sulit dalam dunia persilatan, hidup gue. Gue diharuskan sendiri dalam segala hal. Ah cukup, kalo diteruskan, kau akan semakin terlihat bencong, Rio.

Hari-hari pertama gue sebagai fakir cinta, biasa saja. Hari kedua, biasa kok masih. Haro ketiga , GARUK-GARUK TANAH. Namanya juga kagak ada yang perhatiin kan, gue ngelantur kagak jelas, sana-sini pulang malem, keramas 4x sehari, boker 30 menit per jam, garuk-garuk tanah, makan singkok, kentut, terus boker lagi.

Banyak temen-temen yang bilang kalo gue ngenes banget. Nggak ah, biasa saja. Ada juga yang bilang, gue salah satu jomblo yang gak laku dipasaran. Gue diem. Parahnya lagi, sekarang beredar kabar kalo gue homo. Alasan nya simpel, karena gue gak mau sama cewek yang kemaren naksir gue. Ditambah gue dibilang kagak normal.

Segitu hina nya seorang fakir cinta?

Bicara hal yang sedikit absurd lagi tentang cewek yang kemaren naksir gue. Maaf, kawan, gue bukan nya sombong, namun gue sendiri hendak membawa nya periksa mata, karena suka dengan orang yang salah. Suatu hari dia ngajak ketemuan di tangga deket kelasnya. Dan pas ketemu. Jeng.. jeng.. jeng.. Sayang sekali pemirsa, tuh cewek pake behel! ohh, Tuhan.

NN : KAk rio lebih ganteng ya kalo aslinya..
Gue : hah! periksa mata dulu dek.
NN : beneran kak, adek gak bohong
Gue : ( ooh Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengan monster bergigi kawat ini?)
Dek, kakak sakit perut, kakak duluan ya, mau boker, sumpah
(Gue ngilang)
NN : :(

oke, lupakan seorang monster bergigi kawat yang cantik itu. Balik lagi, sekarang gue bener-bener absurd. Menghabiskan waktu gak jelas. Baca-baca novel absurd, nulis-nulis kagak jelas, ujung-ujung nya garuk-garuk tanah juga. Gue jadi males makan, kecuali laper. Dan gue gak pernah tidur, kecuali kalo ngantuk.

Waktu cepat sekali berlalu, hingga mereka yang pergi dan datang sili berganti, telah dipersiapkan Tuhan untuk mengisi hari-hari gue, lagi.

Ohh.. Oktober, Don't come back again, please.

Posted in | 2 Comments

Antara Aku Dan Andre Hirata

Kawan, pernahkah kalian berfikir tentang diriku sekarang? kalian tahu mengapa aku bermuram? Ya, Mungkin aku tak lebih dari Sahabat jauhku, Ikal namanya. Kalian tahu siapa Ikal? Ya, Seorang anak melayu udik yang pernah bersekolah di Sorbone University, Paris. Kuliah ke negeri orang dengan beasiswa pemerintah.

Masih tentang Ikal.
Berkelana mengelilingi dunia. Sebut saja ia terlempar ke daratan Skandinavia, menjadi patung ikan duyung di negara-negara Balkan bersama Arai, sepupunya. Parah lagi, mereka pernah ditangkap dan ditelanjangi polisi Rusia. Hanya demi memenuhi kebodohan Ikal, Mencar Cinta Sejatinya. Seorang wanita Thionghoa, Njoo Xiang Ling, atau lebih dikenal dengan A Ling. Cinta Sejati Ikal, itu katanya, boy.

Rela keliling Eropa dan Afrika, demi Sebuah mimpi dan A Ling. Keluar masuk tempat lokalisasi dan prostitusi A hingga Z. Mengapa demikian?. Ternyata, di Eropa nama Njoo Xiang Ling memang sangat terkenal. Yaitu nama Dari Jenis obat kuat pria dewasa yang dikemas dalam botol yang bergambar wanita Thionghoa yang aduhai di atas meja.

Ikal, seorang anak melayu udik yang besar di Belitong, negeri Laskar Pelangi. Menemukan cinta pertamanya, A Ling. Saat diperintahkan Bu Muslimah membeli kapur di Toko Sinar Harapan, Toko milik bapa nya A Ling, di Manggar.

Keliling dunia demi mencari A Ling, ternyata bertemunya masih di Belitong. Dasar bodoh kau, boy. Inikah takdir cintamu?

Satu lagi Sahabat jauhku yang tak lain adalah sepupu Ikal. Arai namanya. Dia juga adalah pemuda melayu yang udik. Lebih udik lagi dengan kegemarannya pada orjes Melayu Bang Zaitun. Tak jauh beda dari Ikal. Dia juga sukses menumpaskan mimpi-mimpi kecilnya dengan berkelana Eropa dan Afrika. Itu ekspedisi berdarah, boy.

Bedanya, kalo bertahun Ikal yang setia pada wanita yang tak ia ketahui rimbanya di Eropa, namun Ikal punya pacar disana. Katya, namanya. Gadis Jerman yang seksi. Araijauh lebih gila, boy. Namun, dibalik semua tingkah gila Arai, dia adalah lelaki ter-absurd yang pernah aku kenal. Kau tahu kawan apa penyebabnya? Apalagi Kalo bukan Zakiah Nurmala. Gadis Melayu yang cantik, yang telah lama menjadi incarannya. Sejak SMA.

Sewajtu Arai masih di Paris, dan ketika itu adalah hari ulang tahun Zakiah Nurmalah. Arai terdiam, ia menyimpan puluhan juta ton rindu pada gadis melayu yang teramat ia Cintai itu. Kau ingat, kawan, apa yang terjadi saat Arai menelpon Zakiah di hari ulang tahunnya?

Arai : Halo...
Zakiah : Ini siapa?
Arai : Ini Arai!
Zakiah : Arai?
Arai : Iya.. ini Arai, Arai..!
Zakiah : Dasar tak tahu malu! kau tahu ini jam berapa?!
Ini yang kau sebut lelaki melayu yang sukses di negeri orang?
Ini yang kau sebut orang melayu berpendidikan?
Ini jam Dua Pagi! Dasar Udik..
Arai : Selamat Ulang Tahun, Zakiah.
Suasana enjadi hening..
Arai : Halo..
tuttt.. tutt.. tutt...

"Kau dengar, boy Zakiah bilang apa tadi? "
Tanya Arai yakin pada Ikal.

"tentu,boy. Dia mencampakkan mu untuk kesekian kalinya, kan?"
Terus Ikal, dengan yakin.

"Tidak,Boy kau dengar tadi. Zakiah masih mencintaiku, boy!"
Semua terdiam.

Itu dia, penyakit gila nomor tiga belas : tidak bisa membedakan apa itu marah dan apa itu cinta.

Itulah, kawan. Yang membuat aku bangga dengan mereka, sahabat-sahabat jauhku itu. Perjuangan mereka mencari cinta sejatinya tiada matinya. Ikal, yang hingga Padang bulan belum juga mendapatkan indahnya cinta A Ling. Pulang dar Paris, hanya menjadi pelayan di sebuah warung kopi milik pamannya yang sakit selangkangan dan cerewet.
Pelajaran moral nomor tiga belas : Kuliah jauh-jauh ke paris, belum tentu bisa jadi oknum pemerintahan.

Tapi aku bangga dengan kawanku Arai. Kabar terakhir yang kuterima dari Maryamah Karpov. Kalau Cintanya bersama Zakiah Nurmala telah berhasil diwujudkan dalam sebuah pernikahan. Benar, boy. Arai sudah berbahagia dengan Zakiah Nurmala sekarang. Selamat, Kawan. Tapi maaf, boy. Aku tak sempat datang saat pernikahan kalian. Ku yakin, pasti kau menyewa Orkes Melayu Bang Zaitun untuk mendendangkan lagu-lagu melayu dan Rhoma Iramamu, disana.

Kawan, kalau kau cermati. Mengapa tulisanku berbeda?
Terinspirasi dari Andrea Hirata, ya itu idolaku.
Unik dan tidak monoton. Itu juga yang buat aku gila dengan buku-bukunya.

Pelajaran moral nomor satu : Semoga kisah cinta Arai dan Zakiah akan terwujudkan pula olehku.

Posted in | Leave a comment

Penyakit Gila Nomor Sembilan Puluh Sembilan

Saat ini bathin ku mulai tersiksa. Terkulai lemas merindukan salah satu bintang diantara berjuta bintang di kesunyian malam. Aku mengerti bintang itu tak pernah lagi melihatku. Enggan. Itu katanya. Bintang itu semakin jauh, jauh, dan lebih jauh lagi.

Nyaris Menghilang.
Seperti itu pula nyawaku sudah kuperkirakan lebih dari remuk, terpaku, dan hening. Tak bisa kutepikan rasa ini. Rasa nyata, namun semu. Mungkin sekarang aku sudah terkena penyakit gila nomor sembilan puluh sembilan : tak tahu apa arti nyata dan semu.

Rasa ini nyata, senyata dulu, saat semua disini. Saat bintang masih dipangkuanku, masih mesra bersandar dipundakku. Itu nyata. Namun, tak pernah adanya ucapan, perkataan, hingga aksi dan reaksi, yang semakin meyakinkan ku, kalau rasa ini juga semu.

Cukup menderita saat ini aku dibuat oleh perasaan ku sendiri. Detak demi detak jarum jam pun menertawakanku. Aku tahu apa yang mereka inginkan :
"Pergilah kau, buang jauh semua rasa itu."
Beratus kalimat seperti itu menghujam jantung ini, per detiknya. Mati, aku.

Aku, Tetaplah aku.
Aku seorang anak manusia yang keras. Yakin dengan apa yang akan menjadi jalanku. Meski itu derita, tak apalah. Demi sinar semu yang menyinari. Menyinari tempat lain.

Detik ini,
Keletihanku makin menggila. Gila. Gila. Gila. Murka ku pun sudah diambang batas. Aku lelaki! kenapa aku bodoh seperti ini.

Aku Suram.
Aku bodoh.
Aku hilang.
Oke, aku menghilang.
Insyaallah.

Posted in | Leave a comment

Visualisasi Terakhir

Melihat wajahmu didalam sebuah media Visual, menyiratkan kebahagiaan semu untukku. Tatapan itu, masih seperti yang dulu. Matamu yang indah, alis mu yang rapi, dan bulu mata yang cantik. Persis saat terakhir kau menatapku. Senyuman tu. Ya, jelas tak ada yang lebih indah dari senyuman itu. Senyuman yang indah. Cantik. Mungkin, lebih cantik lagi.

Sekilas dirimu yang pernah menjadi bagian dari perjalanan masa depanku, kau teramat indah. Keindahanmu yang terpancar, tak kuasa membuatku semakin tak mengerti mengapa kau begitu indah. Tatapan terakhir darimu, yang selalu ku ingat ketika kau melengkapi indahnya tatapan mu itu dengan sebuah senyuman yang tak akan pernah kulupakan. Mungkin, itu yang terakhir.

Ya, yang terakhir darimu, Sayang.

Posted in | Leave a comment

Lelaki Perindu

Suatu hal yang tak pernah kubayangkan, ketika suatu hari kuterima kenyataan, Buruk. Bisa kupastikan, mungkin aku akan langsung terjatuh, jari-jariku lemas, fikiranku melayang, ragaku terbang jauh dan sangat jauh, mataku terpana, dan aku akan berkata"Ini mimpi, Tuhan."

Sekarang, kita tak lebih dari dua manusia yang tak saling kenal, tak saling melihat, dan tak saling tahu siapa kita masing-masing. Namun, hebatnya kita menyimpan rindu yang sama. Ya, Aku yakin itu. Hanya saja, rindumu telah bercampur dengan emosi dan kebencian. Jutaan fitnah yang menghampiripun seakan memastikan, bahwa kita telah usai. Sejauh ini, aku hanya berfikir bahwa ini adalah ujian.

Aku tak dsapat lagi melihatmu, apalagi menyentuhmu. Merindukanmu pun sebenarnya tak ingin kurasakan. Aku mencoba sekeras hati melawan rasa ini. Dimana aku tahu, tak kan ada lagi rindu nyata untukku. Semuanya luluh bergeming seiring dengan datang nya skenario-skenario baru yang menghampiri. Menjatuhkan, menghancurkan, dan mematikan.

Tuhan tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, memang mereka yang lebih kuat. Hantaman pada batu karang yang lunak dan goyah. Harusnya Tuhan tahu apa yang harusnya menjadi penjelasan.

Aku benci hal seperti ini, aku gundah menyaksikan tontonan konyol yang mempertontonkan diriku. Adakan jalan cerita baru yang akan kutemui nanti?

Lewat tulisan-tulisan seperti ini, aku menyampaikan ribuan rasa rindu yang sungguh menggumpal di dada. Aku merindukan sosok yang telah termakan rayuan palsu. Sudah tak kuasa lagi aku menahan rasa seperti ini. Sudah habis rintihan hati ini memanggil namamu. Suara lirih ini sudah lebih jauh dan terbungkam.

Apalagi yang harus kukatakan. Aku ingin melihat wajahmu lagi, menyentuhmu lagi. Namun ke tak kuasaan diriku kini, menerima kenyataan hatiku yang sudah kau buang. Kau isi lagi dengan hati yang baru, lebih hebat, lebih gagah, lebih menawan, jauh dari aku. Ya, bukan aku.

Posted in | Leave a comment

Separuh Aku

Aku melamun, termangu, dan terdiam. Jiwaku semakin terhenyak. Entah sudah berpa gumpalan emosi yang kupendam. Aku tahu apa yang aku lamunkan. aku pun mengerti mengapa aku begini. Terdiam hening setiap saat. Seakan aku mencari, dimana diriku sekarang. Aku memang bukanlah aku, dan tak akan pernah menjadi aku. Bila kuterus begini. Ragaku kicau bersuara, namun hatiku tak sepenuhnya ada. Aku yakin, "Aku" sedang terbang ke tempat yang jauh, bersemayam disana, dan buntu dipersimpangan. Dimana "Aku"? Kembalikan "Aku" pada diriku, Tuhan.

Apa yang aku fikirkan semakin membuat jiwaku kosong. Aku merasakan, "Aku" semakin jauh dengan diriku. Terlalu cepat diriku rentah, terlalu dini "Aku" musnah. Dosa yang menggumpal dinadiku, mungkin sudah akan pecah secepatnya. Terlebih, dusta ini semakin mengikiskan harapanku untuk menemukan, "Aku" lagi. Aku yakin bahwa "Aku" telah keluar dari jalan persimpangan buntu, pergi jauh, lebih jauh, dan sangat jau dari diriku sekarang.

Aku sangat merindukan "Aku". Aku rindu rindu semua yang pernah "Aku" rasakan bersama diriku. Aku rindu memeluk diriku sendiri, dan rindu semua yang ada pada "AKu". Dosakah aku apabila merindukan, "Aku". Ataukah lebih hina lagi jika kuingin bersama diriku, lagi.

Aku merindukan dikala "Aku" menggenggam halus hatiku. Merasakan setiap kristal-kristal lembut yang ada didalamnya. Menikmati setiap butiran-butiran dahsyat yang tak terlupakan. Menjaga, merawat, dan melindungi "Aku" dalam keheningan bulan.

Tapi, apakah benar. Sekarang, "Aku" bukanlah aku yang dulu. "Aku" telah pergi bersama jiwa yang lain. Jiwa yang putih sutera dan sesempurna ciptaannya. Tidak! tidak! aku yakin dan percaya, "Aku" masih terkunci didalam hatiku. "Aku" masih tersisa didalam lubuk hatiku yang teramat dangkal. Itu artinya, "Aku" sepenuhnya masih milikku, hanya saja belum bisa kutemukan saat ini.

Ntah sekarang apalagi yang harus kucoba. Tak terhitung berapa huruf yang kutulis demi, "Aku". Berapa ton cinta yang kudambakan dari, "Aku". Aku sayang "Aku". Aku cinta "Aku". Dan kuinginkan "Aku" kembali lagi bisa bersamaku, dan tersenyum untukku. Karena Separuh Aku, Dirimu. . .

Posted in | Leave a comment

Sayang

Kau ingat, "Sayang" kapan terakhir kau lihat aku
Kau tersenyum untukku, kau pegang lembut pipiku
Kau genggam erat tanganku dan kau cium mesra cintaku

Teringatkah engkau, "sayang"
Saat terakhir kau lambaikan tanganmu untukku
Kau cium ikhlas tanganku
Dan kau sandarkan kepalamu dipundakku

Ingatkah kau, "Sayang"
Saat terakhir kau panggil aku Sayang
Kau terakhir katakan Sayang padaku
Dan terakhir kali kau peluk sayang semua cintaku

Apakah aku berdosa, "Sayang"
Ketika kurindukan tawamu untukku
Saat ku kenang tangisan kita berdua
Kurindukan wajah cantikmu
Aku rindu tutur kata lembutmu
Dan aku rindu kamu. . .

Apa yang bisa kulakukan saat ini
Memeluk rinduku untukmu
aAtau memeluk semua kedustaan yang telah terjadi
Aku rindu semua yang kau milikki, "Sayang"

Posted in | Leave a comment

Aku Pergi

Kau membenciku sekarang
Kau jauhi aku karena takdir yang begitu kejam untuk kita
Kau buat kesuraman diriku bercampur dengan lengkapnya hitam diatas hitam
Semua jemariku lemas manakala aku merindukanmu
Aku rindu saat-saat merpati terbang tinggi
Aku rindu ketika bunga mawar bermekaran
Dan aku rindu lagu anugerah terindah itu

Putus nadiku kini ketika kuingat semua itu
Bongkahan es kutub utara mencair, tak relakan aku merindukanmu
Kelelawar menghantuiku pada kegelapan
Ketika kusebut namamu dalam sepi

Kesepian ini ciptaan ku sendiri
Aku yang terlebih menghempaskan jiwamu
Kuremukan jantungmu, dan kuracuni fikiranmu
Namun semua ini bukan inginku
Kateika rasa cinta pergi diiringi dengan air mata
dan rasa sayang semakin pudar ditelan teriknya sang mentari

Hari ini dan detik ini pula kenyataan aku kutelan
Merpati itu telah mati dibunuh
Mawar merah telah berubah menjadi mawar hitam
Dan takkan ada lagi bisikan lagu anugerah terindah
Yang ada lagu hening darimu.. "Aku Pergi.."

Posted in | Leave a comment

Noah Born To Make History : Palembang

Jum'at, 12 Oktober 2012
Meet and Great Sahabat Noah Palembang
















Ini saat kami diberi kesempatan buat foto-foto langsung bersama personel Noah :





Sabtu, 13 Oktober 2012
Konser Noah Born To Make History, Palembang


Selagi nungguin konser mulai, saya sempat mengabadikan moment-moment indah itu..







Sekitar pukul 20.30, akhirnya konser yang kami tunggu-tunggu dimulai.

ini kak ikhsan waktu lagu Cobalah mengerti,




kalo ini, siapa lagi kalo bukan si kalem, Uki,


Kalo ini, sang maestro, waktu dateng tiba-tiba meluncur dengan kacamata keren nya itu. Ariel.



Dan ini, si bapak yang alim. ya, Lukman Hakim sang lead guitar.


Para penonton saat itu sangat menikmati lagu demi lagu yang Noah bawakan.

KOnser semakin indah dan megah dengan semaraknya lagu-lagu yang Noah lantunkan malam itu.










Kalo ini, gaya nya Uki, gila maen gitarnya emang tiada duanya.




Saya pun tak absen untuk menikmati indah nya malam itu, ya Indah sekali


Dan akhirnya Kami para Sahabat Noah Palembang, merasa sangat puas dan amat menikmati setiap lantunan yang terdengar begitu indah ditelinga kami, tentunya segala tentang Noah.





Posted in | Leave a comment
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.